Selasa, 07 Januari 2025

Cemas

Malam itu suasananya hening. Raut cemas tampak di wajah mama. Nenek yang sudah lama terbaring sakit napasnya mulai tersengal-sengal. Anak-anak termasuk aku saat itu diminta mama keluar dari kamar nenek.


Terdengar suara yang bergetar seperti sedang menahan tangis. Bisa kupastikan itu suara mama. “Laa.. ilaha.. illallah... Muhammadur Rasulullah”. Pelaaan sekali, suara nenek samar-samar terdengar mengikuti mengulang kembali kalimat yang diucapkan mama.

Karena penasaran, aku kembali masuk ke kamar. Kubuka tirai, kulihat mama duduk di pinggir tempat tidur membantu nenek minum. Sesaat setelah nenek menelan air itu, seketika itu juga semua orang dewasa yang ada di dalam kamar terdiam. Lalu, tidak lama kemudian tangisan mereka memecah keheningan.

#30hbc2503
@30haribercerita

Berat

Iya, berat ternyata mengerjakan semuanya sesuai yang sudah direncanakan. Dan, bodohnya semuanya tidak dicatat, hanya disimpan di dalam pikiran. Terus berharap bisa menyelesaikan semuanya satu-satu. Tapi, pas memulai, hadeh beraat. Ada-ada saja hal yang mendistract, atau kayanya saya yang memang mau kedistract. Dan, yang jadi musuh terbesar adalah “rebahan sebentar ah baru mulai selesaikan satu-satu”. Sebentar yang bangun-bangun sudah adzan subuh.


#30hbc2502
@30haribercerita

Jumat, 03 Januari 2025

Awal Tahun

Dulu, awal tahun selalu menjadi sesuatu yang saya tunggu-tunggu. Momen bisa keluar rumah sampai tengah malam tanpa harus khawatir jalanan jadi sepi. Suasana yang akan terus ramai sampai pagi. Awal tahun juga jadi momen bisa menuliskan resolusi-resolusi yang bahkan satu poin pun tidak pernah saya realisasikan. Cuma jadi bahan caper di postingan biar kelihatan keren di media sosial.

Sekarang, awal tahun bukan lagi jadi hal ditunggu-tunggu. Hanya jadi sedih karena awal tahun  jadi tanda kalau waktu terus bergerak maju. Usia yang bertambah, orang tua yang semakin menua, dan hal-hal indah yang berubah menjadi sesuatu yang hanya ada di ingatan tanpa benar-benar bisa merasakannya lagi. Waktu pelan-pelan mengambilnya satu-satu.

Awal tahun kini bukan lagi soal harus keluar rumah dan resolusi-resolusi keren yang bahkan itu bukan keluar dari diri sendiri. Tapi, bagaimana bisa menghargai setiap momen yang ada sebelum waktu mengubahnya menjadi kenangan.

#30hbc2501
@30haribercerita


Selasa, 19 November 2024

Nek, Apa Kabar

Apa kabar, Nek?

Nenek di sana bagaimana? Sudah tidak kesepian pasti kan? Kan sudah banyak temannya di sana.

Maaf Nek, cucumu ini bodoh sekali waktu kecil. Pas dewasa baru bisa tahu betapa sepinya waktu kita semua pergi mengungsi tapi nenek tetap di rumah saja sendirian. Pasti sepi sekali waktu itu ya Nek. Apalagi lorong di rumah, orang-orangnya pergi juga waktu itu.

Maaf Nek, cucumu ini bodoh sekali waktu kecil. Waktu itu, waktu kita masih di Makassar, mengungsi dan menumpang di rumahnya Oma, nenek jualan nasi kuning nenek dan sudah mulai dikenal. Tapi cucumu ini di pikirannya hanya ingin main terus saja. Akhirnya, nenek menuruti mau cucumu ini lalu pindah ke lingkungan yang banyak anak-anak seumuranku. Iya, sih saya senang karena banyak teman bermain. Tapi, di sana jualan nasi kuning nenek tidak seperti tempat sebelumnya. Lebih banyak sering tidak lakunya. Saat dewasa baru sadar kalau itu bisa saja jadi momen nenek punya warung sendiri.

Maaf Nek, cucumu ini bodoh sekali waktu kecil. Aku selalu menganggap nenek itu kuat. Durian banyak pun nenek makan tidak masalah. Tapi, justru itu jadi awal momen nenek tidak seperti nenek biasanya. Nenek hilang kesadaran dan pelan-pelan penyakit itu mulai muncul, pelan-pelan mulai merebutmu dari kita.

Maaf Nek, cucumu ini terlalu egois waktu kecil. Hanya pikirkan diri sendiri, mengganggapmu beban. Lebih banyak bercerita denganmu. Seperti yang biasa nenek lakukan waktu aku kecil dulu.

Maaf Nek, cucumu ini terlambat bisa punya uang sendiri. Jadi tidak bisa bikin nenek dapat perawatan yang maksimal.

Maaf, Nek.

Aku rindu Nek dikasi jergen merah kecil itu yang tutup merahnya sering terlepas karena sudah longgar. Jergen yang sering aku bawa kalau disuruh beli minyak tanah.

Aku rindu Nek dikasi list belanjaan dari nenek. Saya jalan kaki ke pasar, sambil ingat ingat pesanmu, kembaliannya nanti diambil saja. Terus, kembaliannya kupake beli buku arti mimpi, kupikir itu buku arti mimpi yang mengartikan makna mimpi, tapi ternyata itu mimpi untuk liat arti yang dipakai pasang shio.

Aku rindu, Nek. Aku rindu es kue buatanmu. Aku rindu supermi yang dikasi jeruk nipis buatanmu. Menu andalan yang sering kau buatkan kalau cucumu ini sedang demam.

Nek, bahkan saat kau masih ada, kau sudah berjanji akan sering awasi aku kalau nanti sudah tidak di dunia ini.

Nek, sekarang aku sudah punya Nahla. Dia cantik, Nek. kalau nenek masih ada, pasti nenek so gigit lagi anakku itu. Nek, di rumah so rame, anaknya Rati so ada 3 Nek.

Nek, apa kabar di sana?

Rabu, 14 April 2021

2 Ramadan 1442 Hijriah

Cepat juga adaptasinya, kepala aman hari ini. Tapi, tetap saja hari ini belum bisa ke Pasar Ramadan. Wajib ya ke sana? Jawabannya ya wajib tidak wajib. Wajib karena adanya hanya di bulan Ramadan. Jadi, rugi saja kalau tidak ke sana walau hanya sekali. Tidak wajib, karena kalaupun tidak pergi tidak akan mengakibatkan apa-apa juga..hehe.

Saya kurang nyaman berada di keramaian. Tapi, sepertinya Pasar Ramadan bisa jadi pengecualian. Paling sering kalau datang bukan karena mau beli sesuatu. Paling kalau bukan datang karena ada janji sama teman mau buka puasa bersama, yaa datangnya hanya karena ingin sekadar habiskan waktu saja. Keliling-keliling sambil menunggu waktu berbuka tiba.

Sampai hari kedua, malamnya masih hujan. Jadi ingat, katanya doa pas hujan itu mustajab. Hujan di hari biasa saja sudah mustajab, apalagi hujan di hari di bulan Ramadan seperti ini ya.

Tulisan hari kedua ini singkat. Tapi, perjuangan untuk tidak tunduk sama magernya itu yang tidak singkat. Dengan kondisi abis hujan yang bikin suasananya dingin-dingin asik, tingkat kemageran pun meningkat. Makanya, butuh waktu yang cukup lama baru saya berhasil 'melawan'.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...