Tampilkan postingan dengan label Sehari-hari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sehari-hari. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Januari 2020

Halo 2020!

Saya membuka tahun ini seperti tahun kemarin, ikut 30 hari bercerita. Dan, postingan awal saya di 2020 ini, saya ingin bagi salah satu cerita yang saya buat. Cerita ini saya buat untuk cerita di hari kesembilan.


-----------------

Saya lupa bagaimana detailnya. Seingat saya waktu SMA, awal-awal di kelas 3 IPA (yaa saya rasa saya perlu menyebutkan IPA-nya), guru meminta kami maju satu per satu. Kami diminta mengenalkan nama, tempat tanggal lahir, dan cita-cita. Sekali lagi saya lupa bagaimana detailnya. Bisa jadi ada selain ini dulu yang disebutkan.

Satu per satu siswa-siswa maju. Siswi-siswinya juga. Ada yang ingin jadi guru. Ada yang ingin jadi polisi... tentara. Ada yang ingin jadi dokter, dan lainnya. Sampai akhirnya giliran saya tiba. Dulu di SD, saya ingin jadi insinyur (berkat arahan nenek). Di SMP, ingin jadi dokter. Sekarang di SMA, berubah lagi. Salah satu alasannya karena saya tahu orang tua saya kemungkinan besar tidak akan mampu membiayai saya masuk kuliah kedokteran. Sekolah saja saya hampir putus di tengah jalan karena biaya.

"Saya ingin jadi artis. Punya band terkenal. Dikenal di mana-mana". Tanpa ragu saya mengatakan hal ini di depan teman-teman dan guru.

Bisa ditebak. Ada yang tertawa. Banyak malah. Yang lainnya hanya diam. Mungkin karena segan saja. Yah, saya santai saja menanggapinya. Malah ikut tertawa juga..hehe.

-------

Saya ingin jadi terkenal karena yakin hanya itu cara buat saya untuk bisa didengarkan dan dianggap. Didengarkan dan dianggap oleh semua anggota keluarga besar. Baik dari Bapak dan Ibu saya. Saya ingin sekali menyatukan semuanya. Menghilangkan batasan antara ini keluarga yang kaya, itu keluarga yang kurang kaya.

Pernah punya pengalaman waktu kecil (usia SD). Waktu itu lagi ikut main dengan sepupu-sepupu di rumah salah satu keluarga. Kemudian ada yang bertanya ke salah satu anak pemilik rumah itu. Saat itu usianya sudah remaja lah. Sambil menunjuk saya temannya bertanya.

"Itu keluargamu juga?"
"Oh bukan. Yang ini bukan keluarga. Yang lainnya itu saja yang keluarga".


-----------------

Saat menulis cerita ini, saya teringat lagi momen itu. Saat itu saya hanya bisa diam mematung. Berharap bukan saya yang ditunjuk. Tapi, faktanya jari telunjuk itu diarahkan tepat kepada saya.

Rabu, 17 Februari 2016

Sakit

Sambil menatap layar komputer saya coba untuk menyentuh tuts keyboard. Coba menyusun kata demi kata. Padahal sekarang saya sedang tidak punya sesuatu untuk saya posting. Dan, akan menjadi sesuatu yang membosankan rasanya jika setiap posting hanya berisi janji untuk rajin posting. Terkesan seperti menyepelekan janji jadinya.

Kamis, 16 Mei 2013

Jhon Sang Keironisan

Hari ini gue ketemu temen seangkatan gue di kuliahan, namanya Jhon, nama lengkapnya Jhon Baron Losi. Baca ada 'Baron' di namanya, kamu bisa jadi langsung ngebayangin Jhon ini orangnya tinggi besar dengan roti isi enam garis yang nempel di perutnya plus suaranya yang berat kalo lagi bilang "Hi girl!", karena gue juga gitu waktu pertama kali dengar namanya disebutin di absen. Dan begitu gue liat yang angkat tangan kaya gimana, ternyata Jhon itu gak sesangar namanya. Orangnya punya badan yang biasa aja, muka yang biasa aja, rambut yang biasa aja, dan karena dia lebih tinggi dari gue, gue jadi merasa dia punya keluarbiasaan di tinggi badannya. Setelah cukup lama kenal, gue juga akhirnya tau kalo Jhon ini adalah anak yang super terlalu sangat sopan. Dan berkat terlalu sangat sopannya, sampe pernah bikin otak yang di kepala Miss Ika, salah satu dosen kita, berbuih dan keluarin suara dari hidungnya seperti bunyi teko yang bunyi pas air mendidih.

Senin, 13 Mei 2013

Daftar Mantan

Awalnya cuma bisa liatin temen punya, terus jadi pengen punya, dan akhirnya bisa punya. Dan waktu yang gue butuhin buat pindah dari 3 tahap ini gak sedekat tanda koma sama spasi yang jadi jarak pemisah dari tahap satu ke tahap berikutnya. Gue bahkan butuh waktu sampai bertahun-tahun dan kesabaran yang bener-bener extra buat jalaninnya. Dan bohong banget kalo rasa iri itu gak pernah muncul di gue. Ya, iri itu selalu ada tiap liat temen-temen udah pada punya. Tapi, gue selalu punya cara buat ngelawannya. Dengan melihat diri gue di depan cermin. Di depan cermin itu gue akan liatin diri gue sampe berjam-jam, liat lebih dalam dan lebih dalam lagi, lalu berkata pada diri sendiri, "Dit! Sabar! Nga pasti punya juga!" (Lo pasti punya juga ko!).

Senin, 25 Maret 2013

Tulisan Arab dan Pengalaman Baru


Janji adalah kata yang tersusun dari huruf J, A, N, dan I. Huruf J-nya ada 2 dan yang lainnya cukup 1 aja. Kemudian melahirkan 1 kata yang punya makna sangat dalam -> UTANG. Namanya utang harus dibayar, kecuali karena 3 hal oleh yang kita utangin: diikhlasin, dilupain, atau gak ketemu 3 hari sama yang kita utangin. Dan postingan gue kali ini adalah bayaran buat janji gue yang mau nyeritain soal Tulisan Arab. So, here we go:
Gue lagi asik memainkan dengan penuh suka cita mouse di warnet meja kantor 2 gue buat mengarahkan jagoan gue di Soul Crash, game yang ada di eFBi. Tiba-tiba, pintu terbuka dan muncullah dengan sangat cetar membahana dua orang anak SMA yang mukanya udah kaya anak kuliahan semester akhir pengen nge-print gambar yang udah mereka siapin sebelumnya buat di print di kertas stiker. Kayanya sih mau di pake gaya-gayaan biar lebih keliatan cowo banget. (Dengan muka seperti itu, kurang cowok apalagi?).

Sabtu, 09 Maret 2013

Di Telpon GEN Fm (Part I)

Gue mo ceritain kejadian yang menimpa gue. Ini MENDADAK, TIBA-TIBA, TAK TERDUGA !! (gue sengaja pake huruf kapital semua biar lebih dramatis. O iya kali aja ada yg gak nyadar,, arti katanya sama semua ko).
Jadi ceritanya gini. Nih kejadian terjadi pas kemarin gue mo tukeran shift (penulisannya bener gak ya?) dengan teman gue, Mas Wahyu. Kita lagi sibuk ngebahas soal pesanan ketikan yang tulisannya pake tulisan arab (soal pesanan pake tulisan arab ini, detailnya nanti gue ceritain di postingan berikutnya). Tiba2 hanphone gue yang iklannya ada anggota The Master itu berdering. Diiringi nada dering HaPe gue, lead guitar fix you-nya Coldplay, teman gue langsung bilang, "Nah itu dia (sebut saja bos kita) telpon". Tapi, filling (penulisannya bener gak ya?) gue berkata lain. Nih, jgn2 dari radio yg ada penyiarnya si om gendut ganteng yg bulu keteknya lebih panjang dari rambutnya yg namanya kalo di kasi akhiran -an jadi membentuk kata benda "pertengahan" dan yg orangnya gaul abis itu deh. Gue liat nomornya ada nomor +621-nya di depan. "filling gue kayanya bener nih", kata gue dalam hati yg terdalam. Gue angkat...
D A N.......................... 
T E R N Y A T A......................... 
Beneran!
Gue ditelpon sama 98.7 Gen Fm. Gue pun mendadak jadi berasa gaul banget.. (biasa aja sih sebenarnya, soalnya gak bikin gue punya mazda atau minimal di follow sama Ditta.. *modus* Hehehe)

Nanti deh gue ceritain cerita selanjutnya gimana... Soalnya gue musti siapin baik-baik. Agak,,,mmmm...me-malu-kan, gue banyak speechless..hehehehe

Senin, 25 Februari 2013

Ada Embun di Mataku

Selama kurang lebih tiga hari mata gue terlihat seperti kaya Sasuke yang habis pake Sharingan. Memang sih sebab dan akibatnya beda banget, tapi adek gue ibaratinnya kaya gitu. Mungkin adek gue pas liat gue lagi kompres mata gue pake handuk kecil yang udah gue kasi air hangat langsung terinspirasi. Soalnya kalo diliat liat gaya gue sama gaya Sasuke pas lagi pegang mata untuk nahan sakit itu sama banget.

Senin, 18 Februari 2013

MERAH PUTIH

Semua ini berawal dari Bapak gue yang tabrakan sama sejenis serangga yang kalo kita di rumah biasa sebutnya "Burung-burung". Nah, Bapak gue itu tabrakan dengan burung-burung itu di bagian mata. Sebenarnya, sampe sekarang gue masih mikir, sebenarnya kronologinya bagaimana.. Bisa jadi Bapak gue gak salah. Bisa jadi Bapak gue hanya korban. Bisa jadi si burung-burung itu yang salah. Bisa jadi tu burung-burung yang sengaja nabrak Bapak gue di matanya. Entahlah, gue serahin semuanya ke yang berwajib.. Nah, jadinya mata Bapak gue berubah warna deh. Yang tadinya putih, mendadak jadi merah plus bengkak. Dan hal ini pun terjadi sampe sekitar 5 hari walaupun sebenarnya Bapak gue udah ke Puskesmas dan Ibu gue pun sudah coba untuk obatin. Tapi, tetap saja tu warna merah tetap betah nongkrong di mata Bapak gue.

Kamis, 14 Februari 2013

Menghidupkan Yang Mati

Jadi gue mo bagi cerita soal tadi malam nih..

Gue, Iyan alias papanya Raihan alias suaminya Dian, Apeng sang perawat, dan Adhe yang barusan masuki dunia baru kaya dunia yang dijalani sama Iyan kumpul di super mini market alias kiosnya Iyan. Bahas soal gimana cara menghidupkan yang udah mati. (Ih Sereeem!) Iya. Kita ngebahas soal bgm cara menghidupkan lagi radio kita dulu, RAS FM. (Gubrak!)
Didorong karena rasa iba melihat siaran radio di kota kami yang modelnya gitu-gitu aja, akhirnya kita sepakat akan nekat ketemu mantan ibu bos kita dan nekat ngomong ke dia kalo kita mau jadian lagi dengan dia. Eh? Maksudnya jalin kerjasama lagi dengan dia. Mencoba lupakan dan perbaiki kesalahan-kesalahan yang dulu pernah terjadi.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...