Senin, 21 April 2014

Rindu yang menyelinap masuk - [CMM 20 April 2014]

Sudah saatnya matahari beristirahat. Sebenarnya, ia masih sangat bersemangat untuk terus tampil sebagai bintang utama, tapi ia tahu ia tidak pernah diperbolehkan oleh "Sang Sutradara" untuk sedetik saja melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan. Kini bersamaan dengan giliran bulan yang tampil sebagai bintang utama, malam Minggu pun datang menyapa semua orang. Entah itu yang sudah lama menunggunya ataupun yang menganggapnya biasa saja dan menyamakannya dengan malam-malam yang lain.

Malam ini Tio berencana akan ke rumah temannya yang sekarang sudah menempuh hidup baru. Hidup yang mengharuskannya berbagi dengan seseorang yang telah ditakdirkan menjadi jodohnya. Dan, ternyata dunia ini (atau mungkin kota tempat tinggal Tio) kecil. Sebab jodoh temannya, Wulan, adalah orang yang pernah menjadi menejer band Tio. Dia ingin pergi melihat album foto pernikahan temannya. Walaupun, sudah beberapa foto telah di-upload oleh Wulan di akun Facebook-nya, tapi Tio selalu akan merasa lebih puas jika melihat sebuah foto di dalam sebuah album.

Sumber gambar: booknvolume.com (kemudian saya tambahkan kalimat itu dan watermark)


Tio coba mengingat kembali semua rencana malam ini. Terlalu banyak rencana, dan sangat tidak mungkin semuanya dapat dilakukan. Harus ada yang dikorbankan. Tapi, tak sedikitpun khawatir menyelinap di benak Tio. Toh, semuanya hanya rencana yang tak pasti. Tak ada kata janji, hanya sekedar obrolan santai yang tak perlu diseriusi.

Setelah mandi karena ingin menghilangkan rasa gerahnya yang dari tadi sore terus membuatnya tak nyaman, Tio akhirnya memutuskan untuk memakai jersey Juventus yang sudah hampir sebulan menghuni lemari pakaiannya. Jersey yang harusnya menjadi baju kebesaran Tio. Bukan karena ukurannya yang besar, tapi karena jersey itu dari klub favoritnya. Dan, yang terjadi sekarang, justru jersey itu benar-benar menjadi baju kebesaran di badan Tio. Kebesaran ukuran.

Jam tangan Tio yang diletakkan di samping personal computer miliknya sudah menunjukkan waktu pukul 10.00 malam. Layar komputer Tio terus menampilkan pertandingan-pertandingan yang dimainkan oleh Udat-teman Tio di kantor sebelumnya, yang sudah datang dari tadi sore. Sepertinya, belum ada tanda kalau dia akan pulang dan menghentikan pertandingannya. Dan, semua rencana yang dari tadi siang telah direncanakan, sepertinya tidak akan terjadi. Sudah seperti yang Tio duga.

Harusnya malam ini, Tio sedang menatap langit malam minggu Ampana-salah satu kota di Sulawesi Tengah atau sedang duduk santai di rumah Kak Wawan. Tapi, tidak ada kabar dari Adhe-teman Tio juga, yang sehari sebelumnya katanya ingin mengajak Tio ke Ampana, dan setelah membaca status Kak Wawan di BBM di malam sebelumnya yang mengatakan kalau taziyah malam ke tujuh Bapaknya sudah selesai, sepertinya sangat tidak mungkin untuk Tio datang ke rumah Kak Wawan. Tio salah. Dia mengira malam ke tujuh Bapak Kak Wawan adalah malam ini, tapi ternyata di malam sebelumnya.

Malam ini juga adalah malam ulang tahun teman Tio, Apo. Tapi, pasti dia tidak bisa datang karena sebagai pemuda desa yang aktif di gereja, sangat tidak mungkin untuk Apo meninggalkan semua kegiatan yang berkaitan dengan itu malam ini. Sangat tidak mungkin buat Tio dapat jatah traktiran dari temannya itu malam ini.

Begitu banyak hal yang harusnya bisa dilakukan malam ini. Tapi, yang bisa Tio lakukan hanya terus terdiam di dalam rumah. Di dalam diamnya, perlahan rindu coba menyelinap masuk di antara celah sepi yang sempit. Tio mulai merasakan lagi rindu ke seseorang yang harusnya tidak pantas lagi untuk dirindukannya. Tak ingin terperangkap, Tio memutuskan untuk berkeliling kota dengan BEHA-BEat HItam, sahabatnya.

Rindu tak menyerah. Bahkan dalam dinginnya malam yang menusuk, dia coba memancing ingatan Tio. Menghadirkan kembali kenangan di setiap sudut jalan yang pernah Tio lalui bersama seseorang itu. Hingga akhirnya Tio menyerah dan mengikuti kemauan rindu. Iya, Tio jadi merindukan seseorang itu lagi malam ini. Merindukan seseorang yang pasti tidak pernah merindukan Tio lagi.

Seperti bayangan, rindu terus mengikuti Tio. Bahkan, ketika sampai di depan rumah pun, rindu tetap memeluk erat ke diri Tio yang hanya bisa pasrah dengan kemauan Sang Rindu. Tio pun segera masuk ke kamarnya. Tanpa sempat mengganti bajunya lagi, dia langsung menghempaskan dirinya ke tumpukan bantal. Berharap sang rindu dapat berlari meninggalkannya ketika melihat Tio terpejam dan berpindah ke dunia yang akan segera berakhir bersamaan dengan mata Tio yang terbuka menyambut matahari besok. Dan, rencana itu berhasil. Sang Rindu tak punya kuasa untuk masuk ke mimpi Tio.

4 komentar:

  1. *harusnya gue baca ini malem minggu, bukan malam jumat, jadi serem deh*

    saat rindu mendera, dekap erat dengan penuh rasa, walau jiwa kadang meronta, mungkin dengan bayang bisa dibawa mimpi yang sama.
    #itu kayaknya inti perasaan Tio
    ikutan keliling pake BEHA ah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi.
      Sori, cuma cewek yang boleh ikutan..haha

      Hapus
    2. Gue cowok udah kesasar, boleh join kaga?

      btw, fllow balik ya :D

      Hapus
    3. Join aja Rob.
      Diobservasi dulu ye? hehe

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...