Jumat, 31 Januari 2014

Ulah Tuhan

  • Saya bekerja di sebuah Bank swasta yang masuk di dalam 10 besar Bank terbesar di Indonesia.
  • Lagu saya tersebar ke cukup banyak orang, dan sebagian besar dari mereka suka dengan lagu itu, yang berakibat saya jadi cukup dikenal oleh cukup banyak orang, termasuk di kalangan atasan saya di tempat saya bekerja.
  • Saya punya banyak teman super kreatif di luar kota yang saya kenal ketika masuk di dalam Kancut Keblenger (Komunitas Blogger Kreatif Indonesia). Saya banyak mendapatkan pengetahuan tentang dunia blog dan penulisan dari mereka, dan saya jadi tidak perlu khawatir jika suatu saat nanti saya akan jalan-jalan ke luar kota.
  • Saya memiliki blog yang menggunakan domain sendiri dan menjadi salah satu pengisi rubrik di bangbujang.com.
Sombong? Tukang pamer?
Apa itu yang terpikir setelah kamu membaca tulisan di atas?

"Sedikit sombong itu sepertinya perlu. Karena tersirat sebuah rasa syukur di dalamnya."

Beberapa hal di atas saya bisa dapatkan sekarang. Mungkin, belum bisa membahagiakan, tapi sudah cukup membanggakan.

Mari kita coba flashback ke satu tahun yang lalu.

Saya masih berpacaran dengan seorang cewek manis, imut, dan unik. Dia sangat sesuai dengan tipe cewek yang saya idamkan. Saya sangat menyayanginya, dan saya yakin dia juga seperti itu. Kami berdua selalu bersama, ke manapun kami pergi. Tak peduli kata orang yang sering mengatakan kalo dunia serasa milik kami berdua, karena kami memang merasa seperti itu. Saat itu, duniaku hanya dia. Dia, dia, dan dia. Dia menjadi duniaku selama kurang lebih dua tahun. Rencana menikah dan kehidupan setelah menikah sudah sering jadi topik yang tidak membosankan untuk kami ceritakan berdua. Tapi, akhirnya dia pacaran dengan orang lain lagi saat masih berpacaran dengan saya. Cerita indah itu pun berakhir dengan sebab yang sama seperti yang dilakukan mantan dia dulu sebelum dia berpacaran dengan saya. Sesuatu yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh orang yang pernah "sakit" dengan hal itu dan sangat memercayai karma.

Saat itu, saya dengan sangat tidak beradab menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi. 
 
"Bahkan sehelai daun yang jatuh ke permukaan tanah pun semua atas izin Tuhan"

Di pikiran saya, yang terjadi saat itu adalah ulah Tuhan. Saya berpikir ingin bunuh diri. Hidup saya sudah tidak ada artinya lagi tanpa hadirnya orang yang saya sangat sayangi di setiap hari saya nanti. Saya ingin segera mati dan menghadap Tuhan secara langsung. Ingin bertanya, apa yang sebenarnya Tuhan inginkan.

Dari sisi seorang yang berpikir normal dan tidak sedang mengalami masalah, itu lebay. Tapi, dari sisi seorang yang sedang kalut dan putus asa, itu adalah solusinya.

Hingga suatu hari, sebelum saya melakukan keinginan saya itu, saya mendapat kabar duka dari seorang teman yang juga tetangga saya. Ayahnya meninggal.

Rumah sakit di Poso minim alat pengobatan yang dibutuhkan, ayahnya dirujuk ke  rumah sakit yang ada di Palu. Untuk ke Palu, membutuhkan waktu kurang lebih tujuh jam perjalanan menggunakan mobil. Tapi, belum sempat mobil mereka melewati perbatasan Poso, ayahnya telah mengembuskan napas terakhirnya.

Entah kenapa dan bagaimana bisa, lewat kejadian itu saya seakan disentil oleh Tuhan. Mendadak, saya merasa jadi orang yang sangat sombong dan angkuh. Saya sehat dan masih punya umur, tapi ingin mati. Padahal tidak jauh dari rumah saya, ada seorang ayah dengan kondisi sakit keras, rela menempuh perjalanan jauh demi bertahan hidup.

Dalam kekurangan saya sebagai manusia, saya akhirnya sadar, saya terlalu sempit melihat "ulah Tuhan". Selama ini, saya terjebak di sisi "malam", tanpa pernah sadar jika bumi terus berputar dan ada sisi "siang" yang sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyapa. Dan sepertinya, sisi itu telah menyapaku lewat "kejadian di samping rumah".

Sebuah koin punya dua sisi. Ada angka, ada gambar. Hari pun begitu. Ada siang, ada malam. Bahkan kehidupan di dunia juga punya dua sisi. Ada dunia nyata, ada dunia gaib (tidak nyata). Dan masih banyak lagi hal lainnya di dunia ini yang selalu punya dua sisi.

Saya semakin dipenuhi sisi positif. Saya akhirnya bisa menghilangkan niat bodoh saya itu. Saya jadi makin berhasrat untuk melihat, merasakan, dan memahami sisi lain dari "ulah Tuhan".

Saat saya masih pacaran, saya terlalu sibuk dengan pacar saya. Bahkan, seringnya, saya lebih mengutamakan pacar saya daripada orang tua saya. Beribadah kepada Tuhan juga jadi sering saya tinggalkan. Tapi, setelah "ulah Tuhan" itu, saya jadi lebih rajin beribadah dan belajar untuk lebih mengutamakan orang tua dulu baru kemudian pacar (jika punya pacar lagi nanti).

Saat masih pacaran, saya tidak pernah terpikir untuk tahu lebih dalam dunia blog dan menulis, juga menyelesaikan lagu yang saya ciptakan. Tapi, setelah "ulah Tuhan", saya akhirnya dibuat membutuhkan media untuk menyalurkan "sakit" saya. Saya jadi punya keinginan besar untuk tahu lebih dalam dunia blog dan bergabung ke dalam sebuah komunitas blog. Saya dipertemukan dengan banyak orang super kreatif. Saya juga jadi punya waktu untuk menyelesaikan lagu saya.

Saya jadi makin dewasa dalam berpikir dan melihat suatu masalah. Ternyata Tuhan sangat baik dengan memberikan saya "sakit yang nikmat".

Sebuah lagu yang bagus dan berkualitas adalah lagu yang tidak monoton ketika didengarkan. Tuhan sangat menyayangi saya. Dia ingin saya memiliki hidup yang bagus dan berkualitas, makanya cerita hidup saya tidak dibikin monoton hanya terus-terusan dengan dia saja.

Andai waktu itu saya jadi bunuh diri kemudian mati, beberapa poin yang kamu baca di awal pasti tidak akan ada. Saya pasti hanya akan jadi sebuah cerita bertema kebodohan yang akan diceritakan oleh orang-orang. Dan, saya hanya bisa menyesal telah melakukan kebodohan itu. Romeo pun pasti menyesal telah bunuh diri. Andai dia bisa sedikit bersabar, pasti dia sudah hidup bahagia selamanya dengan Juliet.

Hargai hidupmu. Itu anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan. Tuhan tidak pernah salah. Tuhan tahu yang mana terbaik buatmu, meskipun "ulah Tuhan" membuatmu merasa Tuhan itu tidak adil. Saya juga yakin, kamu juga bukan seorang Samurai yang harus melakukan Seppuku. Jadi, tetaplah hidup dengan batas usiamu.


"Sebuah batu permata tidak bisa dipoles tanpa gesekan, seperti halnya seorang manusia disempurnakan dengan tantangan hidup"
(Pepatah Cina)

"Ketika engkau lahir, engkau menangis dan seisi dunia bersuka ria. Biarlah engkau menghidupi kehidupanmu sedemikian rupa, sehingga ketika engkau mati, seisi dunia menangis dan engkau bersuka cita"
(Pepatah Timur Tengah)

4 komentar:

  1. Nice post kadit, pesan moralnya kental banget :)
    Seperti yang bang Alit sering bilang, "Everything happens for a reason". (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you.
      Yap! Dan terima kasih juga untuk setiap masukannya via Line ya Kar. :)

      Hapus
  2. Postingan yg menginspirasi. Hidup itu memang penuh warna kok, jadi nikmatilah setiap detik dari kehidupanmu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap! Mari kita nikmati!
      Terima kasih Kak sudah datang berkunjung.

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...