Selasa, 07 Januari 2025

Gunung atau Pantai

Kukira selama ini harus memilih antara gunung atau pantai. Kalau tidak suka ke gunung, berarti sukanya ke pantai. Sesederhana itu. Mengira pilihan hanya A atau B. Lupa kalau abjad itu bisa sampe Z. Itu saja baru abjad dalam Bahasa Indonesia. Belum kalau standarnya menggunakan abjad bahasa lain. Bisa lebih banyak lagi. Kalau pilihan itu adalah huruf dalam abjad, berarti saya punya banyak pilihan yang bisa saya ambil. Bukan hanya A atau B.

Kukira selama ini harus memilih antara gunung atau pantai, ternyata tidak. Mungkin, bukan soal memilih salah satu. Tapi, bagaimana bisa menikmati keduanya. Karena masing-masing punya indahnya sendiri-sendiri. Mungkin, bukan soal memilih ini atau itu. Tapi, menghargai ini dan itu.

#30hbc2507

@30haribercerita

Fase

Dalam beberapa hari ke depan, Insya Allah usianya akan berganti dari disebut bulan menjadi tahun. Banyak hal yang sudah bisa ia lakukan. Fase di mana ia sedang aktif-aktifnya, bikin ia sering disebut nakal..hehe.


Ah, rasanya seperti baru kemarin ia membuatku belajar bagaimana memakaikan popok newborn, cara menggendong, dan banyak hal lainnya.

Sehat selalu ya, Nak. Ayah sangat menikmati fase ini. Dan, pasti ibumu juga seperti itu. Fase yang Insya Allah ketika kamu dewasa nanti, pasti akan jadi momen yang sangat kami rindukan.

Entah kapan bisanya

Jadi rencananya:

- Selesaikan postingan setiap hari di 30 hari bercerita, lalu
- mulai liat cerita-cerita yang di-repost oleh @30haribercerita, membaca cerita itu langsung dari akun penulisnya satu per satu. Kalau suka ceritanya, like. Kalau merasa perlu kasi komentar, kasi komentar. Dan, kalau sampai suka sekali dengan cerita-ceritnya, follow akunnya. Baru kemudian kasi like di repost-an nya di akun 30hbc.
- Waktu lagi baca-baca cerita, mulai bermunculan notif like di cerita yang tadi sudah kuposting. Yang kasi like itu kemudian jadi sasaranku untuk kukunjungi akunnya. Kalau ia posting cerita 30hbc, aku akan membaca cerita-ceritanya. Lalu, kembali ke poin sebelumnya di atas.

Mau melakukan ini dari awal ikut 30hbc. Tapi, sampai sekarang belum bisa terealisasi. Ternyata merealisasikannya tidak semudah yang dibayangkan. Dan, kalau dipikir-pikir pola seperti ini mengingatkan jaman blog. Saling mengunjungi blog, kemudian saling tinggalkan komentar di blog yang dikunjungi.

#30hbc2505
@30haribercerita

Dibikin 10 tahun lalu

Sepertinya begitu atau mungkin lebih. Tapi, yang pasti lagu ini pertama kali kita bawakan waktu ikut lomba band antar sekolah. Seingatku, kita jadi satu-satunya band yang bawakan lagu ciptaan sendiri.


Minim ilmu rekaman, minim ilmu musik, tapi kita tetap lakukan proses rekaman lagu itu. Bukan di studio musik, bahkan saat itu kita tidak pernah lihat langsung wujud studio rekaman itu seperti apa, kita merekam lagu itu di laptop kantor Bapaknya gitaris kita. Sekitar sepuluh tahun lalu, telinga kita mengamini kalau hasil rekamannya bagus. Makanya, tidak ragu memperdengarkan lagu itu ke teman-teman sekolah. Dan, sampai memasukkannya ke radio-radio.

10 tahun kemudian file lagu itu kudengarkan lagi. Tidak ada bagus bagusnya hasil rekamannya! Di beberapa part ada suara yang fales..haha.

Sekarang kita lagi coba merapikan kembali hasil rekamannya. Entah akan jadi apa nantinya lagu itu, biarkan dia dengan jalannya sendiri. Karya memang perlu dirayakan. Dan, ini salah satu cara kita merayakan karya yang sudah dilahirkan.

#30hbc25sepuluh
#30hbc2504
@30haribercerita

Cemas

Malam itu suasananya hening. Raut cemas tampak di wajah mama. Nenek yang sudah lama terbaring sakit napasnya mulai tersengal-sengal. Anak-anak termasuk aku saat itu diminta mama keluar dari kamar nenek.


Terdengar suara yang bergetar seperti sedang menahan tangis. Bisa kupastikan itu suara mama. “Laa.. ilaha.. illallah... Muhammadur Rasulullah”. Pelaaan sekali, suara nenek samar-samar terdengar mengikuti mengulang kembali kalimat yang diucapkan mama.

Karena penasaran, aku kembali masuk ke kamar. Kubuka tirai, kulihat mama duduk di pinggir tempat tidur membantu nenek minum. Sesaat setelah nenek menelan air itu, seketika itu juga semua orang dewasa yang ada di dalam kamar terdiam. Lalu, tidak lama kemudian tangisan mereka memecah keheningan.

#30hbc2503
@30haribercerita

Berat

Iya, berat ternyata mengerjakan semuanya sesuai yang sudah direncanakan. Dan, bodohnya semuanya tidak dicatat, hanya disimpan di dalam pikiran. Terus berharap bisa menyelesaikan semuanya satu-satu. Tapi, pas memulai, hadeh beraat. Ada-ada saja hal yang mendistract, atau kayanya saya yang memang mau kedistract. Dan, yang jadi musuh terbesar adalah “rebahan sebentar ah baru mulai selesaikan satu-satu”. Sebentar yang bangun-bangun sudah adzan subuh.


#30hbc2502
@30haribercerita

Jumat, 03 Januari 2025

Awal Tahun

Dulu, awal tahun selalu menjadi sesuatu yang saya tunggu-tunggu. Momen bisa keluar rumah sampai tengah malam tanpa harus khawatir jalanan jadi sepi. Suasana yang akan terus ramai sampai pagi. Awal tahun juga jadi momen bisa menuliskan resolusi-resolusi yang bahkan satu poin pun tidak pernah saya realisasikan. Cuma jadi bahan caper di postingan biar kelihatan keren di media sosial.

Sekarang, awal tahun bukan lagi jadi hal ditunggu-tunggu. Hanya jadi sedih karena awal tahun  jadi tanda kalau waktu terus bergerak maju. Usia yang bertambah, orang tua yang semakin menua, dan hal-hal indah yang berubah menjadi sesuatu yang hanya ada di ingatan tanpa benar-benar bisa merasakannya lagi. Waktu pelan-pelan mengambilnya satu-satu.

Awal tahun kini bukan lagi soal harus keluar rumah dan resolusi-resolusi keren yang bahkan itu bukan keluar dari diri sendiri. Tapi, bagaimana bisa menghargai setiap momen yang ada sebelum waktu mengubahnya menjadi kenangan.

#30hbc2501
@30haribercerita


Selasa, 19 November 2024

Nek, Apa Kabar

Apa kabar, Nek?

Nenek di sana bagaimana? Sudah tidak kesepian pasti kan? Kan sudah banyak temannya di sana.

Maaf Nek, cucumu ini bodoh sekali waktu kecil. Pas dewasa baru bisa tahu betapa sepinya waktu kita semua pergi mengungsi tapi nenek tetap di rumah saja sendirian. Pasti sepi sekali waktu itu ya Nek. Apalagi lorong di rumah, orang-orangnya pergi juga waktu itu.

Maaf Nek, cucumu ini bodoh sekali waktu kecil. Waktu itu, waktu kita masih di Makassar, mengungsi dan menumpang di rumahnya Oma, nenek jualan nasi kuning nenek dan sudah mulai dikenal. Tapi cucumu ini di pikirannya hanya ingin main terus saja. Akhirnya, nenek menuruti mau cucumu ini lalu pindah ke lingkungan yang banyak anak-anak seumuranku. Iya, sih saya senang karena banyak teman bermain. Tapi, di sana jualan nasi kuning nenek tidak seperti tempat sebelumnya. Lebih banyak sering tidak lakunya. Saat dewasa baru sadar kalau itu bisa saja jadi momen nenek punya warung sendiri.

Maaf Nek, cucumu ini bodoh sekali waktu kecil. Aku selalu menganggap nenek itu kuat. Durian banyak pun nenek makan tidak masalah. Tapi, justru itu jadi awal momen nenek tidak seperti nenek biasanya. Nenek hilang kesadaran dan pelan-pelan penyakit itu mulai muncul, pelan-pelan mulai merebutmu dari kita.

Maaf Nek, cucumu ini terlalu egois waktu kecil. Hanya pikirkan diri sendiri, mengganggapmu beban. Lebih banyak bercerita denganmu. Seperti yang biasa nenek lakukan waktu aku kecil dulu.

Maaf Nek, cucumu ini terlambat bisa punya uang sendiri. Jadi tidak bisa bikin nenek dapat perawatan yang maksimal.

Maaf, Nek.

Aku rindu Nek dikasi jergen merah kecil itu yang tutup merahnya sering terlepas karena sudah longgar. Jergen yang sering aku bawa kalau disuruh beli minyak tanah.

Aku rindu Nek dikasi list belanjaan dari nenek. Saya jalan kaki ke pasar, sambil ingat ingat pesanmu, kembaliannya nanti diambil saja. Terus, kembaliannya kupake beli buku arti mimpi, kupikir itu buku arti mimpi yang mengartikan makna mimpi, tapi ternyata itu mimpi untuk liat arti yang dipakai pasang shio.

Aku rindu, Nek. Aku rindu es kue buatanmu. Aku rindu supermi yang dikasi jeruk nipis buatanmu. Menu andalan yang sering kau buatkan kalau cucumu ini sedang demam.

Nek, bahkan saat kau masih ada, kau sudah berjanji akan sering awasi aku kalau nanti sudah tidak di dunia ini.

Nek, sekarang aku sudah punya Nahla. Dia cantik, Nek. kalau nenek masih ada, pasti nenek so gigit lagi anakku itu. Nek, di rumah so rame, anaknya Rati so ada 3 Nek.

Nek, apa kabar di sana?

Rabu, 14 April 2021

2 Ramadan 1442 Hijriah

Cepat juga adaptasinya, kepala aman hari ini. Tapi, tetap saja hari ini belum bisa ke Pasar Ramadan. Wajib ya ke sana? Jawabannya ya wajib tidak wajib. Wajib karena adanya hanya di bulan Ramadan. Jadi, rugi saja kalau tidak ke sana walau hanya sekali. Tidak wajib, karena kalaupun tidak pergi tidak akan mengakibatkan apa-apa juga..hehe.

Saya kurang nyaman berada di keramaian. Tapi, sepertinya Pasar Ramadan bisa jadi pengecualian. Paling sering kalau datang bukan karena mau beli sesuatu. Paling kalau bukan datang karena ada janji sama teman mau buka puasa bersama, yaa datangnya hanya karena ingin sekadar habiskan waktu saja. Keliling-keliling sambil menunggu waktu berbuka tiba.

Sampai hari kedua, malamnya masih hujan. Jadi ingat, katanya doa pas hujan itu mustajab. Hujan di hari biasa saja sudah mustajab, apalagi hujan di hari di bulan Ramadan seperti ini ya.

Tulisan hari kedua ini singkat. Tapi, perjuangan untuk tidak tunduk sama magernya itu yang tidak singkat. Dengan kondisi abis hujan yang bikin suasananya dingin-dingin asik, tingkat kemageran pun meningkat. Makanya, butuh waktu yang cukup lama baru saya berhasil 'melawan'.

Selasa, 13 April 2021

1 Ramadan 1442 Hijriah

Tivi di depan saya sedang memutar Crayon Shincan The Movie. Karena sedang tidak ada acara yang bagus menurut saya di channel lokal HD yang ada di Indi*home, saya iseng coba buka aplikasi lainnya yang selama ini tidak pernah saya sentuh. Saya penasaran dengan aplikasi Catchplay. Setelah coba buka, astaga saya baru tahu ternyata paket internet saya sudah sekalian dengan paket bisa nonton gratis di aplikasi ini. Dan, Sinchan The Movie ini terputar ya dari aplikasi ini sambil saya mengetik postingan ini.

Niat ingin menulis setiap hari selama Ramadan ini sudah lama ada. Tapi, baru kali ini benar-benar melakukannya. Selama ini selalu saja kalah sama alasan yang bisa dibilang sengaja saya ada-adakan..hehe. Kebiasan menunda, sukanya nanti dulu, dan ah nanti besok saja sekalian. Yaa, itu semua alasan yang bikin niat ini hanya jadi sebatas niat.

Sebelumnya mau bilang Alhamdulillah karena masih ketemu bulan Ramadan. Masih ada kesempatan untuk perbaiki segala kekurangan di tahun lalu. Anggap saja menulis ini adalah salah satunya. Di hari pertama puasa ternyata saya harus merasakan lagi hal yang sama seperti hari pertama puasa tahun lalu. Sakit kepala. Iya, sakit kepala. Tapi, syukurnya tahun ini tingkat sakit kepalanya tidak seperti tahun lalu. Tahun ini, sakit kepalanya masih bisalah untuk saya atasi. Kalau tahun lalu, bergerak sedikit saja kepala sudah kayak mau pecah.

Menurut ke sok tahuan saya, bisa jadi ini karena efek tidak ngopi pagi. Di hari-hari biasanya, setiap hari minimal di jam setengah 10 pagi pasti ngopi. Dan, karena lagi menjalankan ibadah puasa, otomatis tidak bisa ngopi pagi, yang Insya Allah ini akan selama sebulan lamanya. Mau tidak mau ngopinya harus pindah jam tayang dulu jadi setelah buka puasa.

Semoga besok sudah terbiasa. Jadi, tidak perlu lagi ada acara sakit kepala. Dan, niat ingin ke Pasar Ramadan bisa terealisasi. Aamiin!

Rabu, 07 April 2021

Kue Ulang Tahun buat Mama

"Aji! Kopi satu!", kemudian saya duduk di tempat biasanya di warung kopi depan kantor. Sambil tunggu kopi dibikin, buka FB di hape, eh iya, hari ini ulang tahunnya mama. Saya langsung menghubungi dua adik saya, minta tolong carikan kue. Di keluarga kami, merayakan ulang tahun bukan sesuatu yang rutin kami lakukan. Tapi, kali ini entah kenapa saya merasa ingin ada suasana yang berbeda. Walaupun yang membuatnya beda itu hanya sebuah kue ulang tahun tanpa ada acara khususnya. Kue ulang tahun yang dibeli dadakannya siap jam satu siang kata adik saya.


Saya dan dua adik saya memberikan kue ini ke mama. Sayangnya ponakan saya yang perempuan sedang tidur siang. Kalau dia belum tidur, dia pasti yang jadi paling heboh. Anaknya suka sekali dengan kue ulang tahun soalnya..hehe. Pulang makan siang di rumah kali ini terasa beda. Ada kue ulang tahun mama dan ada senyum manis dari mama dan papa. Selamat ulang tahun, ma. Sehat selalu. 

Minggu, 28 Februari 2021

Tulisan Random di Akhir Februari Dua Nol Dua Satu

Ini akan jadi tulisan yang random. Dibuat untuk memenuhi niatan saya yang ingin bisa tetap konsisten bikin postingan. Niatnya satu minggu satu post. Tapi, sampai hari ini, hari terakhir di bulan Februari saya baru menyempatkan diri bikin post. Bukan.. bukan karena tidak ada bahan. Bahan post selalu ada. Hanya dari saya sendiri yang selalu menunda. Dan, jeleknya lagi bahan-bahan post itu tidak saya simpan di sebuah catatan. Hanya tersimpan di kepala. Yang hasilnya, yah bisa ditebak lah. Jadinya hilang karena lupa.

Setelah saya coba review lagi. Ternyata banyak sekali hal yang hanya habis di konsep. Tidak ada eksekusinya. Pret memang nga Dit! Bikin konsep di kepala, tidak bikin catatannya, ditambah dengan kebiasaan menunda yang tidak hilang-hilang sampai sekarang, maka jadilah seperti ini. Bahan-bahannya hanya tersimpan di folder di komputer sampai dia berulang tahun. Bahkan ada yang sampai lebih dari satu kali berulang tahun. Jadinya, walaupun selesai dikerjakan, saya kehilangan momennya. Aaah. Entahlah. Mungkin ini juga karena niatan sama kemampuan tidak sebanding. Kemampuan mengeksekusinya dan kemampuan untuk memiliki alat-alat yang membantu proses eksekusinya.

Sampai di hari terakhir Februari ini syukurnya kebiasaan menunda itu sudah mulai berkurang sedikit demi sedikit. Walaupun kadang-kadang masih bergejolak. Eaaak bergejolak. Padahal sadar sekali kalau ketika tidak menunda, pekerjaan jadi selesai tepat waktu dan tidak kehilangan momen. Tapi, yah begitulah. Tetap saja. Yah semoga semakin berkurang lah makin ke sini.

Hmm.. entahlah ya. Apa yang saya dapat dari kekonsitenan ini..hahaha. Kepuasan pribadi? Yaa bisa jadi. Tapi, jujur saja harapan bisa mendapat lebih dari kepuasan itu tetap ada. Apa itu? Yaa seperti bisa hidup dari sini misalnya..hehe.

Di Maret nanti, semoga saja rencana untuk bikin video klip lagu Sempurna saya bisa selesai di bulan itu juga. Dan tidak mau munafik, ada ekspektasi terhadap video klip itu. Yaa semoga ya. Dan, saya harus menyelesaikan semua yang selama ini tertunda sedikit demi sedikit.

Okee, sekian tulisan random ini. Bulan depan harus lebih konsisten! Eh iya, kamu yang lagi buka blog ini, iklannya muncul tidak sih?

Kamis, 28 Januari 2021

Cari Sepatu Asli

Saya tinggal di kota yang kalau kita jalan-jalan keliling kotanya tidak butuh waktu sejam. Dan, kemungkinan besar kita akan ketemu dengan orang yang sama sampai lebih dari tiga kali di hari yang sama. Pertokoan di sini ada. Tapi, saya sering kesulitan kalau mau cari barang yang saya inginkan. Contohnya, sepatu. Kadang sudah ketemu sama satu brand yang saya cari. Tapi, seringnya ragu apakah barangnya asli atau tidak. Pernah punya pengalaman dapatnya barangnya palsu soalnya. Yaa bisa dimaklumi lah. Di sini masih sangat kurang toko yang menjual khusus satu brand.

Kalau ditanya, saya lebih suka belanja itu langsung datang ke tokonya. Interaksi secara langsung. Tapi, dengan kondisi seperti itu membuat saya mau tidak mau lebih sering belanja online. Salah satu Toko Online yang saya percaya adalah Zalora. Entah sudah berapa kali saya belanja di situ. Seringnya kalau cari jam tangan dan sepatu pasti larinya ke Zalora. Karena dijamin barangnya asli. Jadi tidak khawatir. Pengirimannya juga selalu tepat waktu. Ada gratis ongkirnya. Dan, untuk beberapa produk ada fasilitas pengembalian barangnya kalau ternyata ukurannya tidak sesuai. Puaslah selama saya berbelanja di sini.

Ayoklah kalau mau rasakan pengalaman yang sama. Klik ZALORA

Rabu, 27 Januari 2021

Halo 2021

Wah, sudah tahun 2021. Iya terlambat untuk bilang ini.haha. Dan, saya baru kembali update lagi di sini. Sepertinya membosankan ya kalau harus dibuka dengan bilang blog ini berdebu lah, penuh sarang laba-laba lah, dan sebagainya yang arahnya mengartikan kalau blog ini sudah lamaaaaa sekali tidak dikunjungi.

Sudah hari ke-27 di tahun 2021. Baru Januari, dan 2021 sudah dibuka dengan beberapa kabar buruk. Pesawat jatuh, bencana banjir, bencana gempa, dan juga longsor. Tidak perlu saya detailkan lokasi bencananya dan pesawat apa yang jatuh, semuanya bisa dicari google. Hanya bisa mendoakan yang sedang terkena musibah diberikan kekuatan dan tabah menjalaninya. Dan, hanya bisa berharap semoga 2021 diakhiri dengan kebaikan.

Teknologi sekarang makin gila ya. Semua informasi tersedia dan bisa cepat kita dapatkan. Kitanya saja yang perlu ditanya nih, mampu atau tidak menerima berbagai macam bentuk informasi yang datangnya sangat cepat atau tidak.

Seperti tahun sebelumnya, Januari tahun ini saya ikut lagi 30HBC (30 hari bercerita). Dan ini kali ketiga saya ikut itu. Jadi 30 HBC itu adalah kegiatan menulis setiap hari selama 30 hari di bulan Januari. Ada beberapa tema yang akan muncul di hari-hari tertentu. Kita bercerita lewat caption di instagram. Gambarnya dari hasil foto sendiri dan bisa juga dari download di google atau pinterest. Tapi, jangan lupa cantumkan sumber gambarnya.

Di 2021 ini saya masih terus berusaha untuk melakukan hal-hal baik yang menurut saya perlu saya lakukan. Semoga bisa ya. Amiin!

Lompat-lompat ya pembahasannya..haha. Oke itu saja dulu sapaan saya di 2021.

Selasa, 26 Mei 2020

Hari Kedua Lebaran

Tahun ini lebarannya beda. Dan, hari saat saya menulis ini adalah hari kedua lebaran. Ada sesuatu yang saya syukuri yang tahun ini tidak terjadi. Tidak ada kumpul bersama keluarga dari Bapak setelah solat Ied. Satu hal yang tidak nyaman untuk saya lakukan. Entahlah, setiap saya datang dan coba ada di tengah-tengah mereka, selalu saja perasaan itu muncul. Merasa agak asing. Hmm... tidak. Bukan hanya agak, saya coret kata agak. Saya merasa asing. Saya juga tidak tahu alasan tepatnya apa. Tapi, bisa jadi ini karena dari pengalaman masa kecil. Dulu waktu masih anak-anak, saya tidak terbiasa bermain atau habiskan waktu dengan mereka, keluarga Bapak. Saya lebih sering menghabiskan waktu dan bermain dengan keluarga jauh yang saya juga bingung saya dengan mereka bagaimana silsilah tepatnya di dalam hubungan kekeluargaan. Seringnya saya menyebutnya sepupu, walaupun saya tahu hubungannya bukan sepupu. Yah biar tidak ribet saja. Nah, pengalaman waktu kecil  ini lah yang menurut saya yang akhirnya terbawa sampai saya dewasa.

Selasa, 07 April 2020

Selamat ulang tahun, Ma

Hari ini hari ulang tahunnnya mama. Tadi sempat dikasi surprise kecil-kecilan. Adek beli donat 1 dos. Terus dikasi beberapa lilin kecil. Dan karena di saat bersamaan ada anaknya adeku yang cewek. Jadinya yang tadi tiup lilinnya dia.hehe.

Selamat ulang tahun, ma. Rasanya tidak perlu saya update di semua akun sosmed. Cukup saya ucapkan di sini. Lewat blog pribadi. Karena mengucapkan langsung di depan mu itu hal yang lucu dan tidak biasa di keluarga kita.

Semoga selalu sehat, ma. Selalu jadi tempat ceritaku yang baik. Semoga apa yang saya niatkan untuk mama dan papa bisa segera terwujud.

Rabu, 05 Februari 2020

Hujan dan Ponco

Sudah dua hari Poso langit paginya tidak biru. Awannya masih betah sama warna abu-abunya. Setiap pagi harus pakai jaket kalau ke kantor biar kemeja tidak bertambah motifnya akibat percikan dari ban kendaraan yang posisinya tepat di depan saya. Untuk sebagian orang, Poso dibilangnya lagi romantis. Hujannya tidak lebat tapi cukuplah bisa bikin baju jadi terasa lembab.

Tidak pernah gagal hujan membuat genangan dan membangkitkan kenangan. Apalagi kalau secara tidak sengaja telinga menangkap musik bernada lembut. Entah itu saat lagi numpang mobil teman atau sedang ngopi di kedai. Dan bisa juga dengan secara sengaja ingin dibuat makin hanyut dengan suasana hujan. Buka aplikasi steraming musik, kemudian putar lagu-lagu Banda Neira. Makin tenggelamlah di dalam kenangan yang seperti genangan.

Salah satu kenangan yang tidak pernah akan saya lupa saat hujan seperti ini adalah saat dibonceng naik motor sama papa. Bukan...bukan.. maksud saya bukan saat masih usia TK ataupun SD. Tapi, saat saya baru lulus kuliah lalu kemudian kerja di salah satu warnet tempat teman saya bekerja. Jadi, singkat cerita, waktu lulus kuliah saya belum dapat kerjaan. Alhamdulillah, teman saya menawarkan untuk  kerja di tempat dia bekerja. Katanya, partner dia jaga warnet di shift pagi sampai sore berhenti kerja. Makanya, bos dia minta tolong carikan penggantinya.

Belum seperti sekarang, dulu di rumah itu kendaraan yang ada hanya motor milik papa. Motor yang setiap hari dipakai keliling cari penumpang. Karena itu, saya lebih sering ke mana-mana kalau bukan jalan kaki, saya minta tolong diantar papa. Saat kerja di warnet tidak jarang kalau pergi pagi saya jalan kaki, pulangnya kadang dijemput papa.

Waktu itu Poso seperti sekarang, sedang suka basah-basahan. Kadang pagi, kadang sore. Seingat saya, dulu itu paling sering sore hujannya turun. Di sore itu hujan turun dengan semangatnya. Deras! Saya tidak bawa payung waktu itu. Terlintas di pikiran, "hajar pulang saja ah sekalian mandi hujan".

Saya ambil kantong plastik di laci paling atas meja operator.  Rencananya ingin masukkan hape saya di situ. Hape Samsung mini yang akhirnya bisa saya beli karena bantu selesaikan KTA seorang mahasiswi kebidanan. Bukan..bukan pacar. Jadi dia itu salah satu pelanggan warnet yang entah kenapa tiba-tiba tanya ke saya apa bisa bantu kerjakan KTA-nya. Setelah tanya-tanya sedikit soal KTA ke dia, saya nekat bilang iya. Pas dia tanya bayarannya berapa, karena saya tidak tahu harus kasi tarif berapa, akhirnya saya asal saja kasi harga. Yang penting di atas sejuta lah. Eh iya baru ingat, kalau dia masih belum bayar sisa 300-annya sampai sekarang. Ikhlas... ikhlas... ikhlas.

Masukkan hape ke kantong plastik warna merah, sudah. Bereskan semua catatan pemasukan di jam jaga saya juga sudah. Warnet juga sudah saya kunci karena teman yang shift sore sampai malam belum datang. Karena hujan deras ini sepertinya. Baru mau langkahkan kaki untuk jalan kaki pulang sambil nikmati hujan, ada motor berhenti tepat di depan saya. Papa.  Padahal saya tidak menghubungi (memang saat itu papa belum punya hape sih..hehe). Sambil ditutupi ponco biru tuanya, beliau menyuruh saya segera naik. Langsung saja saya gulung celana jins saya lalu naik ke motor. Sambil duduk manis di boncengan, saya menarik bagian belakang ponco beliau, mengatus posisinya agar bisa menutupi diri saya. Seperti membungkus setengah badan saya tepatnya kayanya. Posisi yang sama seperti saat SD dulu.

Ditutupi ponco seperti ini, sepanjang jalan hanya bisa lihat kaki sendiri yang sesekali terkena cipratan air dari jalan. Sambi lihat kaki sendiri, saya main tebak-tebakan di dalam pikiran sendiri. "Ini sudah sampai di mana ya? Rumah om yang rajin sekali menyapu tiap pagi itu sudah lewat tidak ya?"

Waktu SMA, rasanya malu sekali dibonceng seperti ini. Suka mikir nanti apa kata teman-teman saya lihat vokalis band dibonceng seperti ini. Tapi, makin ke sini, malu itu pudar. Merasa bego sendiri kenapa dulu bisa berpikir seperti itu. Sambil menebak-nebak ini sudah sampai di mana karena kok rasanya lebih lama dari biasanya, dalam hati saya bersyukur masih bisa merasakan apa yang saya rasakan waktu SD.

Sebagai manusia biasa, kadang suka muncul rasa gimana melihat teman-teman yang seusia saya sudah ada yang punya motor sendiri, bahkan sudah ada yang bawa mobil. Dan setiap rasa itu muncul, dalam satu tarikan napas, langsung saja rasa itu saya ubah jadi motivasi untuk diri saya sendiri. Berkata dalam hati, kalau nanti saya pasti akan punya mobil. Dan saat itu terwujud, papa adalah orang pertama yang saya ajak berkeliling. Mama juga dong. Apalagi saat hujan..hehe.

Selasa, 04 Februari 2020

Perbaiki Dit!

Januari sudah selesai. Memang gampang ya kalau hanya sekadar menyusun rencana. Ingin lakukan ini, ingin lakukan itu. Sudah menyusunnya sedemikian rupa, tapi ternyata malas masih bisa menaklukan saya. Mungkin saya saja yang memang belum yang sampe di niat sekali. Ternyata saya masih belum bisa konsisten. Aaaarrgh!

Ini masih Februari, 2020 belum habis, saya masih punya waktu untuk memperbaiki semuanya. Ternyata, memang tidak semudah menyusun niat ketika ingin ekskusi niat itu. Butuh perjuangan ekstra. Butuh kebiasaan yang lebih dari biasanya.

Di bulan kemarin, ikut 30 hari berceritanya hanya bisa sampai hari kedua belas. Tidak sama seperti tahun sebelumnya. Meskipun harus dobel bikin cerita, tapi bisa saya selesaikan sampe 30 cerita. Sepertinya harus lebih tegas lagi terhadap diri sendiri. Tidak gampang takluk sama malas. Susah memang. Tapi, saya harus yakin saya bisa.

Kadang, muncul pertanyaan di diri sendiri, kenapa mau berusaha untuk mewujudkan ini? Apa ada feed backnya? Apa untungnya?

Entahlah. Ada kesenangan tersendiri melihat hal-hal yang niat ingin dilakukan kemudian berhasil dilakukan. Jadikan semuanya bukan hanya sekadar niat saja. Entah hasil dari eksekusi itu baik atau tidak. Tapi, ketika hal itu sudah bisa saya lakukan, saya rasa itu sudah lebih dari cukup. Oke, semoga di Februari ini saya bisa memperbaikinya.

Minggu, 12 Januari 2020

Halo 2020!

Saya membuka tahun ini seperti tahun kemarin, ikut 30 hari bercerita. Dan, postingan awal saya di 2020 ini, saya ingin bagi salah satu cerita yang saya buat. Cerita ini saya buat untuk cerita di hari kesembilan.


-----------------

Saya lupa bagaimana detailnya. Seingat saya waktu SMA, awal-awal di kelas 3 IPA (yaa saya rasa saya perlu menyebutkan IPA-nya), guru meminta kami maju satu per satu. Kami diminta mengenalkan nama, tempat tanggal lahir, dan cita-cita. Sekali lagi saya lupa bagaimana detailnya. Bisa jadi ada selain ini dulu yang disebutkan.

Satu per satu siswa-siswa maju. Siswi-siswinya juga. Ada yang ingin jadi guru. Ada yang ingin jadi polisi... tentara. Ada yang ingin jadi dokter, dan lainnya. Sampai akhirnya giliran saya tiba. Dulu di SD, saya ingin jadi insinyur (berkat arahan nenek). Di SMP, ingin jadi dokter. Sekarang di SMA, berubah lagi. Salah satu alasannya karena saya tahu orang tua saya kemungkinan besar tidak akan mampu membiayai saya masuk kuliah kedokteran. Sekolah saja saya hampir putus di tengah jalan karena biaya.

"Saya ingin jadi artis. Punya band terkenal. Dikenal di mana-mana". Tanpa ragu saya mengatakan hal ini di depan teman-teman dan guru.

Bisa ditebak. Ada yang tertawa. Banyak malah. Yang lainnya hanya diam. Mungkin karena segan saja. Yah, saya santai saja menanggapinya. Malah ikut tertawa juga..hehe.

-------

Saya ingin jadi terkenal karena yakin hanya itu cara buat saya untuk bisa didengarkan dan dianggap. Didengarkan dan dianggap oleh semua anggota keluarga besar. Baik dari Bapak dan Ibu saya. Saya ingin sekali menyatukan semuanya. Menghilangkan batasan antara ini keluarga yang kaya, itu keluarga yang kurang kaya.

Pernah punya pengalaman waktu kecil (usia SD). Waktu itu lagi ikut main dengan sepupu-sepupu di rumah salah satu keluarga. Kemudian ada yang bertanya ke salah satu anak pemilik rumah itu. Saat itu usianya sudah remaja lah. Sambil menunjuk saya temannya bertanya.

"Itu keluargamu juga?"
"Oh bukan. Yang ini bukan keluarga. Yang lainnya itu saja yang keluarga".


-----------------

Saat menulis cerita ini, saya teringat lagi momen itu. Saat itu saya hanya bisa diam mematung. Berharap bukan saya yang ditunjuk. Tapi, faktanya jari telunjuk itu diarahkan tepat kepada saya.

Kamis, 15 Agustus 2019

Tips Ngetik Tulisan Arab

Ini sebenarnya draft pertama saya di blog ini. Lihat tahunnya saja, itu 6 tahun lalu ternyata. Kalo SD, sudah lulus ya. Dan, saya lagi niat bersihin semua draft di blog ini jadi post. Ada sekitar 20 draft lah di sini termasuk ini. Oke, mari kita mulai.

Waktu itu pernah bikin post bagaimana akhirnya saya sampai punya pengalaman ketik tulisan Arab. Buat yang belum baca, bisa baca di sini.

Nah, dari pengalaman itu, saya rasa  mungkin ada yang seperti saya. Pernah ingin mengetik itu tapi masih bingung bagaimana caranya. Dan ini adalah cara paling gampang menurut saya. Nih, langsung aja...

Yang pertama kamu harus buka dulu http://www.arabic-keyboard.org/

Selanjutnya....

Ya kamu tinggal ngetik seperti biasanya..hehe

Selamat mencoba!     

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...